sekata.id – “Apa itu Islam?”. Pertanyaan yang sangat mendasar, akan tetapi tidak sedikit umat muslimin yang bisa menjawab dan meng-aplikasikannya dengan benar dan dengan sunggh-sungguh. Pertanyaan di atas merupakan pertanyaan yang banyak dari khalayak dan terutama barat yang memandang Islam dengan salah, tidak faham dengan Islam, salah paham mengenai Islam dan bahkan tidak memahami islam secara konseptual. Sehingga mengakibatkan persoalan yang sangat serius dimana konsep-konsep Barat menghegemoni umat Islam dan umat Islam kehilangan tradisi keilmmuannya yang telah mengantarkannya pada kejayaan.
Hingga sampai saat ini, Barat maupun orang yang tidak mengerti akan Islam salah mengenal Islam. Mereka mengenal dan mengartikan Islam adalah hanya sebuah religion atau agama ritual, hingga hal-hal yang berkaitan dengan selain fisik (metafisis), seperti mengenai masalah-masalah Malaikat, Jin, Tuhan, dan sifat-sifat Tuhan dalam pelajaran aqidah itu sama sekali tidak dianggap memiliki kaitan dengan dunia ini. Dengan kata lain, agama Islam merupakan agama ritual saja, sama seperti halnya dengan agama-agama lain, agama ya agama, dan jangan dimasukkan ke kehidupan sosial, sains, ekonomi, dan politik. Maka inilah yang dinamakan cara pandang (worldview) sekular.
Agama Islam memiliki struktur konsep yang sangat berbeda dengan Barat maupun dengan agama-agama lain. Perbedaan yang sangat radikal, tidak hanya dalam wacana bahkan hingga epistimelogi. Barat memiliki konsep kehidupan, teknoligi, ekonomi dan politik. Sehingga dapat dipastikan mereka mejauhui agama (Kristen). Sedangkan, Islam memiliki struktur konsep yang meliput wahyu, Islam, Iman, penciptaan, khazanah, syari’ah dan lain-lain. Sehingga dapat dipastikan pula Islam tidak bisa dipisahkan dengan sosial, budaya, politik dan ekonomi. Maka dari itu, Islam tidak dapat disamakan dan posisikan dengan Barat yang memiliki konsep tersendiri maupun agama-agama lain.
Menurut Hamid Fahmi Zarkasyi, Islam bisa kita sebut dia adalah agama dan bisa disebut juga Din (ad-din al-kamil). Dengan kata lain, Islam juga merupakan pandangan hidup, jalan hidup atau way of life. Ketika Islam menjadi agama dan pandangan hidup (worldview), maka Islam bukan hanya ritual, akan tetapi sosial hingga intelektual. Maka dari itu, Islam yang dipenuhi dengan rukun-rukunnya, tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sosial, sains, ekonomi, politik dan budaya.
Islam merupakan pandangan hidup, penentu arah atau yang sering disebut Islamic Worldview. Islamic Worldview menurut Al-Maududi adalah Islami Nazariyat, yaitu pandangan hidup yang dimulai dari konsep keesaan tuhan (shahadah) yang berimplikasi dan berdampak pada keseluruhan kegiatan kehidupan manusia di dunia.
Sedangkan Islamic Worldview menurut syeikh Atif al-Zain adalah Mabda’, yaitu aqidah fikriyyah (kepercayaan yang rasional) yang berdasarkan pada akal. Karena menurut penjelasannya, setiap muslim wajib beriman kepada hakekat wujud Allah, kenabian Muhammad SAW, dan terhadap Al-Qur’an dengan akal. Iman kepada hal-hal yang bersifat metafisis berdasarkan cara pengindraan yang diteguhkan oleh akal lalu mengamalkannya. Sehingga dalam Islam, untuk untuk menjadi muslim dan mu’min harus berakal (‘aqil) atau tidak gila.
Sayyid Qutb mengartikan Worldview Islam adalah At-Tasawwur al-Islami. Yakni merupakan akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam pikiran dan hati setiap muslim, yang memberikan gambaran khusus tentang wujud dan apa-apa yang ada dibalik itu. Sedangkan bagi Syeid Naquib Al-Attas, worldview Islam adalah pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakekat wujud.
Sederhananya, seorang muslim atau mu’min yang menerapkan pandangan hidup Islam memandang segala sesuatu dari dua sisi. Sisi empiris dan non empiris (apa yang di balik sesuatu tersebut). Seperti halnya memandang sebuah roti, selain roti itu hygenis dan sehat untuk dimakan di sisi lain apakah roti itu halal untuk dimakan. Sehingga, segala sesuatu hakikatnya memiliki dua sisi ada yang tampak dan ada yang tidak. Ada realitas empiris dan ada realitas dibalik itu.
Melihat dari beberapa pengertian ulama di atas mengenai Islamic Worldview. Meski para ulama berbeda dalam istilah yang dipakai, akan tetapi pada umumnya mereka sepakat bahwa Islam bukan hanya Ibadah ritual. Islam juga merupakan cara pandang, lensa atau kompas penunjuk arah sekaligus memiliki cara pandangnya sendiri terhadap sesuatu.
Hal ini juga sekaligus dapat menjawab pertanyaan “apa itu Islam?”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Islam adalah sebuah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT dengan mengesakan-Nya, dan melaksankan syariat-syariatnya dengan penuh ketaatan dan tunduk sekaligus menjadikan-Nya sebagai pandangan hidup atau motor bagi kehidupan. Wallahu a’lamu bi as-Shawab.
Oleh: Fauzan Adzima Mahasiswa Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prodi Administrasi Pendidikan.